Sabtu, 30 Juli 2011

Pokoknya Begitulah Aturannya


oleh Abu Ahmad

Seorang pengelana menjumpai daerah yang begitu indah dan mempesona di tengah hutan. Selama beberapa waktu  ia nikmati semua panorama itu seorang diri. Namun, akhirnya sang pengelana menyadari, kesendirian dan kesepian sangatlah menyiksa. Akhirnya ia memutuskan akan memberitahu dan mengajak penduduk kampung terdekat untuk menikmati keindahan alam di tengah hutan tersebut.
Sesampainya di kampung ia terheran-heran. Penduduk kampung malah memarahi dirinya karena dianggap lancang melanggar aturan nenek moyang! Rupanya bagi orang kampung, hutan tersebut adalah hutan larangan. Siapa pun dilarang memasukinya.
Hei, tetapi siapa yang membuat aturan seperti itu? Tak seorang penduduk kampung pun yang tahu. Hanya saja mereka selalu menjawab: “Kami mendapati orang tua kami melarang. Pokoknya itulah aturan dan perintah yang kami dapat dari orang-orang tua kami terdahulu.”

Renungan Singkat tentang Aturan
  1. Hutan seperti apakah yang ditemui pengelana? Mengapa ia dilarang memasuki hutan oleh orang kampung?
  2. Jika kamu menjadi pengelana, apa yang akan kamu lakukan?
  3. Menurut kamu, apakah persamaan kisah penglaman ini dengan kisah para Nabi?

Para Nabi seringkali menjumpai para penduduk yang diseru menolak ajaran yang dibawa oleh mereka. Alasan yang dikemukakan oleh para penduduk yang diseru para Nabi adalah: “Ajaran  ini bertentangan dengan ajaran yang kami dapat dari orang-orang tua kami.”
Aduh …. , bagaimana para Nabi meyakinkan mereka bahwa kepercayaan yang mereka anut adalah salah? Para Nabi dibekali Allah swt keyakinan diri yang mantap, alasan dan keterangan yang lengkap. Bahkan sebahagian Nabi dilengkapi dengan mu’jizat. Namun, tidak semua penduduk menerima ajaran kebenaran yang dibawa para Nabi.
Nasib Nabi kita  pun hampir sama. Pada mulanya beliau ditolak oleh kaumnya. Hanya berkat pertolongan Allah-lah beliau berhasil menyeru kaumnya untuk mengikuti jalan kebenaran yang beliau sampaikan. Beliau menyeru kepada kita: jadilah muslim. Muslim artinya orang yang berserah diri kepada Allah, Pencipta alam semesta. Alhamdulillah, kita pun bersedia menjadi seorang muslim.
Kita meyakini kebenaran Al-Qur’an. Misalnya salah satu firman Allah :
“Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepadanya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”  QS Al-Mu’min, 40: 65.
Nah, setelah Rasulullah wafat, siapakah yang harus menyeru ke jalan Islam? Siapa yang harus menyeru: Jadilah muslim, perbuatlah kebajikan? Dan bagaimana pula caranya? Allah menetapkan tugas itu jatuh ke pundak kita, umat  Muhammad, sebagai umat muslim. Dan cara menyampaikan seruan ke jalan Allah pun ditunjukkan caranya dalam Al-qur’an. Tahukah kamu bunyi ayat-ayatNya?

Renungan Singkat tentang Allah dan Kita
  1. Setiap muslim selain beriman kepada Allah juga melakukan amal shalih. Tahukah kamu bahwa amal shalih kita merupakan satu kesaksian atas keimanan kita? Bagaimana menurutmu?
  2. Selain mengerjakan amal shalih, seorang muslim juga diharapkan dapat menyeru kepada sesama, mengajak mereka agar turut beriman kepada Allah. Tahukah kamu cara-cara berda’wah (menyeru) dengan baik? Ajaklah kawanmu berbuat kebajikan dengan cara yang bijaksana!
Bacaan
Al-Qur’an surat 41: 33 – 34, 16: 125 – 128

Nukilan Al-Qur’an
Serulah (manusia) kepada  jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS An-Nahl, 16: 125

Doa
“Ya Allah, Ya Rahiim, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang sabar, hamba-hamba-Mu yang berbuat baik, hamba-hamba-Mu yang bertaqwa. Amiin. … “

+++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar