Sabtu, 23 Juli 2011

Kisah Pembagian Sejumlah Unta


 oleh: Abu Ahmad

Suatu ketika seorang sufi merasa ajalnya sudah dekat.  Beliau ingin sekali tiga orang muridnya mendapat guru yang tepat sepeninggal dirinya. Cara yang ditempuh sang sufi adalah dengan mewariskan sejumlah unta miliknya. Beliau meninggalkan wasiat sebagai berikut:
 “Kepada tiga orang muridku kuwariskan tujuh belas ekor unta milikku. Pembagiannya sebagai berikut. Muridku yang tertua mendapat setengah dari jumlah unta, murid yang tengah mendapat sepertiga, dan murid yang termuda mendapat sepersembilan dari jumlah unta tersebut.”
Begitu sang sufi meninggal dunia dan wasiatnya dibacakan, maka para murid sangat terheran-heran. Sungguh guru mereka membagi warisan dengan cara yang tidak lazim.
Salah seorang di antara murid sang sufi berpendapat, “Sebaiknya kita terus memiliki unta ini bersama-sama.”
Seorang hakim mengusulkan supaya unta-unta itu dijual saja dan uangnya dibagi. Namun, pendapat lain pun muncul: warisan itu tidak sah karena pembagiannya tak dapat dilaksanakan. Para murid sang sufi bingung. Sungguh , mereka telah diberi wasiat agar membagi unta-unta tersebut setepat-tepatnya.

Renungan Singkat tentang Pembagian

  1. Tahukah kamu bahwa wasiat adalah pemberian pesan seseorang yang mendekati ajalnya? Pernahkah kamu mendengar ayat ini: “Diwajibkan atas kamu, jika salah seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, dan ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapaknya dan karib kerabatnya secara ma’ruf; ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.” QS Al-Baqarah, 2: 180
  2. Menurutmu, apakah para murid sang sufi akan mendapat unta-unta yang utuh jika pembagiannya seperti wasiat di atas?
  3. Dapatkah kamu menghitung hasil pembagian di atas?

Akhirnya terpikirkan oleh para murid sang sufi bahwa dalam peristiwa ini sang guru hendak memberi perintah terselubung. Merekapun lalu pergi mencari orang yang dapat memecahkan masalah mereka. Sangat banyak orang yang mereka temui, namun semuanya gagal memberikan pemecahan masalah cara pembagian unta-unta tersebut. Akhirnya suatu saat mereka menjumpai menantu Nabi Muhammad yang bernama Ali.
Ali bin Abu Thalib berkata kepada mereka: “Inilah cara pemecahan masalah kalian. Akan kutambahkan seekor untaku kepada unta-unta kalian yang berjumlah tujuh belas ekor. Kini jumlah unta menjadi delapan belas ekor. Ambillah setengah dari jumlah itu, yakni sembilan ekor, dan berikan kepada murid tertua. Murid yang tengah mendapat sepertiga dari jumlah itu, yakni enam ekor unta. Sedangkan murid termuda mendapat sepersembilan dari jumlah unta, yakni dua ekor unta. Nah, jumlah semua unta yang kalian terima adalah tujuh belas ekor. Seekor unta yang tersisa, yakni untaku sendiri, kembalikanlah kepadaku,”
Begitulah. Akhirnya para murid sang sufi menemukan guru baru untuk mereka.

Renungan tentang Allah, Sahabat Nabi dan Kamu

  1. Pernahkah kamu membaca atau mendengar riwayat hidup Ali bin Abu Thalib? Tahukah kamu julukan beliau?
  2. Nabi Muhammad saw pernah mengatakan perumpamaan bahwa beliau adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya. Menurutmu, apakah arti pernyataan itu?
  3. Allah sangat mengharapkan kita menjadi hamba-Nya yang pandai dan bijaksana. Tahukah kamu bahwa salah satu sifat para utusan Allah (Nabi dan Rasul) adalah fathonah (pandai atau cerdas)? Sukakah kamu menjadi anak yang pandai dan memiliki banyak ilmu?
  4. Maukah kamu belajar dengan rajin dan tekun supaya menjadi pandai?

Bacaan

Al-Qur’an surat 58: 11; 33: 6.

Nukilan Al-Qur’an

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi penegetahuan beberapa derajat ….” QS Al-Mujadilah, 58: 11

Doa

“Rabbi zidni ilman warzuqni fahman ….”
“Ya Tuhanku, berilah aku ilmu dan karuniakanlah aku pemahaman…. Amiin ….”

+++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar