Selasa, 02 Agustus 2011

Nasihat Seekor Burung

oleh Abu Ahmad

Seorang laki-laki  menangkap seekor burung kecil, sebangsa burung pipit. Atas kehendak Allah Yang Mahakuasa dapatlah terjadi percakapan antara burung dan laki-laki itu.
Burung itu bertanya, “Apa yang ingin engkau lakukan pada diriku?”
Laki-laki itu menjawab, “Tentu saja aku akan menyembelih dan memakan engkau”.
“Demi Allah, “ sahut burung itu, “engkau tidak akan begitu berselera  memakanku dan dagingku tentu saja tidak akan cukup mengenyangkan engkau. Janganlah engkau memakan aku. Sebagai gantinya aku akan memberitahu kepadamu tiga perkara yang lebih baik bagimu daripada memakan aku.”
Setelah berpikir sejenak, laki-laki itu menjawab.
“ Baiklah, sebutkan tiga perkara itu!”
“Perkara yang pertama akan aku sampaikan saat aku berada di tanganmu ini. Perkara yang kedua aku beritahukan jika aku engkau lepaskan  dan engkau biarkan aku hinggap di pohon. Perkara yang ketiga aku utarakan saat aku terbang lagi dan aku berada di atas bukit. Nah, setujukah engkau syaratku ini?”
Ternyata laki-laki itu menyetujui syarat sang burung.

Renungan singkat
  1. Tahukah kamu beda antara janji dan perjanjian?
  2. Pernahkah kamu membuat janji atau perjanjian?
  3. Menurutmu, apakah dalam suatu perjanjian selalu ada syarat yang disertakan?
  4. Menurutmu, apakah burung dalam kisah ini akan memenuhi syarat yang ditetapkannya sendiri? Bagaimana jika tidak?

“Nah, katakan perkara yang pertama,” kata laki-laki itu.
“Janganlah engkau sesalkan apa yang telah hilang dari tanganmu”.
Laki-laki itu lalu melepaskan sang burung. Burung itu pun terbang dan hinggap di atas pohon.
“Katakan perkara yang kedua”.
“Janganlah engkau benarkan apa yang tidak ada bahwa ia akan ada”.
Burung itu lalu terbang menuju bukit seraya berkata, “Hai orang yang sial. Jika tadi engkau sembelih aku, niscaya akan engkau dapati dalam tubuhku dua butir mutiara. Berat tiap-tiap butir mutiara itu dua puluh gram”.
Tampaklah laki-laki itu menggigit bibirnya, termenung dan terlihat menyesal. Ia kemudian berkata geram, “Cepat katakana perkara yang ketiga”.
“Engkau telah lupa akan dua perkara tadi. Bagaimana mungkin aku akan terangkan perkara yang ketiga? Bukankah aku telah sampaikan bahwa engkau jangan menyesal atas apa-apa yang tidak ada. Coba, engkau pikirkan, hai manusia. Beratku ini tidak akan sampai dua puluh gram. Oleh sebab itu, bagaimana mungkin akan ada dalam perutku dua butir mutiara yang berat masing-masingnya dua puluh gram?’
Kemudian terbanglah sang burung bijak. Tinggallah sang laki-laki yang merenungi kebodohan dan ketamakannya.

Renungan tentang Allah dan Kamu
  1. Pernahkah kamu membaca kisah orang-orang yang serakah? Tahukah kamu kisah tentang Qarun dan Tsa’labah?
  2. Bagaimana sikap Allah terhadap orang-orang yang tamak?
  3. Tahukah kamu bahwa jika kita memiliki banyak harta, maka ada bagian yang menjadi milik orang-orang miskin di sekitar kita?
  4. Bersediakah kamu berbagi dengan saudaramu dan sesamamu?

Bacaan
Al-Qur’an surat 14: 6 – 7

Nukilan al-Hadits
Apabila anak Adam (manusia) itu mempunyai dua lembah emas, niscaya ia akan mencari yang ketiga untuk tambahan yang dua lembah tadi. Dan rongga anak Adam itu tidak akan penuh selain oleh tanah. Tetapi Allah menerima taubat terhadap siapa saja yang bertaubat”.

Doa
“Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang bersyukur. Janganlah Kau jadikan kami orang-orang yang kufur nikmat. Ya Allah, segala puji hanyalah milik-Mu semata. Amiin ….”

* * * * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar