Sabtu, 30 Juli 2011

Monster

oleh Abu Ahmad


“Waduh, jahat sekali monster itu!” Fitra merasa gemas  melihat amukan moster dalam sebuah film di televisi.  Monster itu makhluk perusak yang ganas. Apa saja yang menghadang jalannya pasti dihancurkan.
“Ya Allah, alangkah mengerikan monster itu … “
“Fitra, dapatkah kamu bayangkan, ada monster-monster lain yang mengerikan yang mungkin saja kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari?” Ibu Fitra bertanya.
Fitra terdiam mendengar pertanyaan Ibu. Ia harus berpikir dulu sebelum menjawab. Nah, menurutmu, bagaimana jawaban Fitra?

Renungan Singkat tentang Makhluk Jahat
  1. Apakah monster itu makhluk baik atau jahat?
  2. Dapatkah kamu menduga monster-monster lain apa yang dimaksudkan oleh Ibu Fitra? Pernahkah kamu melihat monster tersebut?
  3. Jawaban  apa yang kamu berikan, seandainya kamu adalah Fitra?

“Ibu, yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sesama kiaa. Mungkinkah yang Ibu mksud monster yang lain itu manusia yang berbuat jahat?”
“Benar, Fitra. Manusia pun dapat bersikap seperti monster. Kita dapat berbuat kerusakan di alam, dapat melukai dan menyakiti sesama. Nah, apa yang kamu lakukan jika menjumpai hal tersebut, Fitra?”
“Jika saya mampu, saya akan ingatkan mereka untuk tidak membuat kerusakan seperti monster. Saya akan doakan mereka agar sadar dan  bertaubat. Mudah-mudahan mereka akan menjadi makhluk-makhluk Allah yang baik . . . “
“Hei … bukankah kita pun harus menjadi hamba Allah yang baik, Fitra?”
“Iya, Bu, Fitra tahu. Allah tidak menyukai hamba-hamba-Nya yang berbuat jahat dan membuat kerusakan di muka bumi!”

Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu
  1. Allah menciptakan semua makhluk-Nya dengan kasih sayang. Bukankah sudah selayaknya jika sesama makhluk ciptaan Allah itu saling menyayangi?
  2. Jika kamu merasa ada yang menggodamu untuk berbuat jahat, kepada siapakah kamu meminta pertolongan atau perlindungan? Ingatlah selalu untuk berlindung kepada Allah.

Bacaan
Al-Qur’an surat An-Naas, 114; 7: 199 – 202.

Nukilan Al-Qur’an
Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang mengerjakan yang ma’ruf (baik), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syaithan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS 7: 199 – 200

Doa
“Ya Allah, Yang Mahaperkasa, lindungilah kami dari godaan syaithan yang terkutuk dan jauhkanlah kami dari perbuatan yang tidak Engkau sukai. Amiin …..”

+++++++

Pokoknya Begitulah Aturannya


oleh Abu Ahmad

Seorang pengelana menjumpai daerah yang begitu indah dan mempesona di tengah hutan. Selama beberapa waktu  ia nikmati semua panorama itu seorang diri. Namun, akhirnya sang pengelana menyadari, kesendirian dan kesepian sangatlah menyiksa. Akhirnya ia memutuskan akan memberitahu dan mengajak penduduk kampung terdekat untuk menikmati keindahan alam di tengah hutan tersebut.
Sesampainya di kampung ia terheran-heran. Penduduk kampung malah memarahi dirinya karena dianggap lancang melanggar aturan nenek moyang! Rupanya bagi orang kampung, hutan tersebut adalah hutan larangan. Siapa pun dilarang memasukinya.
Hei, tetapi siapa yang membuat aturan seperti itu? Tak seorang penduduk kampung pun yang tahu. Hanya saja mereka selalu menjawab: “Kami mendapati orang tua kami melarang. Pokoknya itulah aturan dan perintah yang kami dapat dari orang-orang tua kami terdahulu.”

Renungan Singkat tentang Aturan
  1. Hutan seperti apakah yang ditemui pengelana? Mengapa ia dilarang memasuki hutan oleh orang kampung?
  2. Jika kamu menjadi pengelana, apa yang akan kamu lakukan?
  3. Menurut kamu, apakah persamaan kisah penglaman ini dengan kisah para Nabi?

Para Nabi seringkali menjumpai para penduduk yang diseru menolak ajaran yang dibawa oleh mereka. Alasan yang dikemukakan oleh para penduduk yang diseru para Nabi adalah: “Ajaran  ini bertentangan dengan ajaran yang kami dapat dari orang-orang tua kami.”
Aduh …. , bagaimana para Nabi meyakinkan mereka bahwa kepercayaan yang mereka anut adalah salah? Para Nabi dibekali Allah swt keyakinan diri yang mantap, alasan dan keterangan yang lengkap. Bahkan sebahagian Nabi dilengkapi dengan mu’jizat. Namun, tidak semua penduduk menerima ajaran kebenaran yang dibawa para Nabi.
Nasib Nabi kita  pun hampir sama. Pada mulanya beliau ditolak oleh kaumnya. Hanya berkat pertolongan Allah-lah beliau berhasil menyeru kaumnya untuk mengikuti jalan kebenaran yang beliau sampaikan. Beliau menyeru kepada kita: jadilah muslim. Muslim artinya orang yang berserah diri kepada Allah, Pencipta alam semesta. Alhamdulillah, kita pun bersedia menjadi seorang muslim.
Kita meyakini kebenaran Al-Qur’an. Misalnya salah satu firman Allah :
“Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepadanya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”  QS Al-Mu’min, 40: 65.
Nah, setelah Rasulullah wafat, siapakah yang harus menyeru ke jalan Islam? Siapa yang harus menyeru: Jadilah muslim, perbuatlah kebajikan? Dan bagaimana pula caranya? Allah menetapkan tugas itu jatuh ke pundak kita, umat  Muhammad, sebagai umat muslim. Dan cara menyampaikan seruan ke jalan Allah pun ditunjukkan caranya dalam Al-qur’an. Tahukah kamu bunyi ayat-ayatNya?

Renungan Singkat tentang Allah dan Kita
  1. Setiap muslim selain beriman kepada Allah juga melakukan amal shalih. Tahukah kamu bahwa amal shalih kita merupakan satu kesaksian atas keimanan kita? Bagaimana menurutmu?
  2. Selain mengerjakan amal shalih, seorang muslim juga diharapkan dapat menyeru kepada sesama, mengajak mereka agar turut beriman kepada Allah. Tahukah kamu cara-cara berda’wah (menyeru) dengan baik? Ajaklah kawanmu berbuat kebajikan dengan cara yang bijaksana!
Bacaan
Al-Qur’an surat 41: 33 – 34, 16: 125 – 128

Nukilan Al-Qur’an
Serulah (manusia) kepada  jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS An-Nahl, 16: 125

Doa
“Ya Allah, Ya Rahiim, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang sabar, hamba-hamba-Mu yang berbuat baik, hamba-hamba-Mu yang bertaqwa. Amiin. … “

+++++

Rabu, 27 Juli 2011

Pakaianku


oleh: Abu Ahmad

Suatu hari Afifah berjalan-jalan bersama ibunya, Bu Masyitoh. Mereka ingin membeli pakaian seragam untuk Afifah. Wah, asyik sekali. Begitu banyak hal yang dapat dilihat.
Karena ingin membeli pakaian, Afifah banyak memperhatikan soal pakaian. Di perjalanan ia lahap memandang ragam baju yang dikenakan orang. Di pasar swalayan ia pun melihat macam-macam pakaian yang dipamerkan.
“Wah, banyak sekali macam pakaian orang yang kulihat sore ini. Ada yang memakai baju kerja, baju santai, baju olah raga, baju seragam sekolah, baju pesta …” Afifah asyik bicara sendiri dalam hati.

Renungan Singkat tentang Pakaian

  1. Tahukah kamu jenis pakaian yang belum disebut Afifah?
  2. Masing-masing pakaian pantas dipakai pada keadaan yang sesuai. Menurutmu, pantaskah orang bekerja di kantor  memakai baju tidur atau pakaian renang? Mengapa tidak?
  3. Apakah guna pakaian, menurutmu?

“Bu … Bu …. Sebetulnya darimana sih kita mendapatkan pakaian?” Afifah tiba-tiba bertanya kepada ibunya. Namun, Bu Masyitoh malah membalikkan pertanyaan Afifah.
“Lho, menurutmu darimana kita mendapatkan pakaian?”
“Kita membelinya dari toko, Bu!”
“Ya. Lalu darimana took itu mendapatkan pakaian?”
“Tentu saja took mendapatkan pakaian dari pembuatnya, Bu. Yaitu pabrik-pabrik pakaian atau penjahit pakaian.”
“He … he … he …. Pintar anak ibu. Lalu darimana pembuat pakaian itu mendapatkan bahan pakaian?”
Mendengar pertanyaan ibu yang terakhir itu, Afifah tampak berfikir sebentar sebelum menjawab lantang.
“Dari alam, Bu.”
“Betul, Afifah. Bahan –bahan pakaian itu didaoat dari alam. Ada bahan pakaian yang terbuat dari tanaman kapas, ada yang berasal dari bulu-bulu domba, yaitu wol. Dan ada pula bahan pakaian yang berasal dari serat sintetis (buatan), semacam nylon atau rayon.. Namun, jangan lupa Afifah, semua itu ada yang  menyediakan jua adanya. Ia adalah Allah, Tuhan kita.”
“Allahlah yang menumbuhkan kapas, menyediakan rumput bagi domda dan mengembang-biakkan domba itu sendiri. Allah juga yang menyediakan bahan-bahan di alam ini untuk membuat serat sintetis.”
“Jadi, kalau begitu Allah juga dong Bu yang menyediakan pakaian buat kita, karena Beliaulah yang menyediakan bahan bakunya.”
“Benar, Afifah. Allah juga yang memberikan pakaian buat kita. Kita patut berterima kasih kepada Allah.”
Afifah terlihat mengangguk-angguk. Dalam hati ia berujar, “Aku bersyukur kepada Allah atas segala pemberian pakaian buatku.”

Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu

  1. Allah menyediakan bahan pakaian bagi setiap manusia. Manusialah yang harus mengubah bahan-bahan pakaiaan tersebut menjadi pakaian yang siap pakai. Bagaimana caranya?
  2. Maukah kamu berterima kasih kepda orang tuamu atas pakaian-pakaian yang disediakan mereka bagimu?
  3. Pernahkah kamu bersyukur atau berterima kasih kepada Allah atas karunia pakaian?
  4. Tahukah kamu apa pakaian yang paling baik?

Bacaan

Al-Qur-an surat 7: 26

Nukilan Al-Qur’an

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa, itulah pakaian yang paling baik. Yang demikian itu adalah  sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah; mudah-mudahan mereka selalu ingat.” QS Al-A’raf, 7: 26

Doa

“Segala puji bagi Allah Yang Mahakasih atas karunia-Nya berupa pakaian yang kumilliki. Semoga Engkau berkenan mengampuni segala kesalahan kami. Amiin.”

Andai Ayah Kami Gugur


oleh: Abu Ahmad

Hari Raya adalah hari bahagia bagi semua orang. Namun Nabi Muhammad saw melihat keanehan. Beliau melihat ada seorang anak berpakaian kumal sedang bersedih. Sementara tak jauh dari anak itu banyak anak lain berpakaian bagus sedang bergembira. Akhirnya Nabi saw mendekati anak yang berduka itu. Anak itu duduk sambil menangis.
“Wahai anak kecil, mengapa engkau bersedih dan tidak bermain bersama teman-temanmu?” Nabi menegur anak kecil itu dengan lembut. Namun rupanya anak kecil itu belum mengenal Nabi Muhammad saw. Dia menjawab sambil tetap menangis.
“Biarkan aku, Tuan! Ayahku telah gugur dalam salah satu peperangan bersama Nabi Muhammad. Kemudian ibuku menikah lagi. Ayah tiriku tidak menyayangiku, malah mengusirku. Sekarang aku tidak memiliki makanan, minuman, pakaian atau rumah tempat tinggal. Aku menangis sedih saat melihat anak-anak lain bermain riang gembira. Mereka masih memiliki ayah dan ibu, Mereka dapat memakai pakaian yang indah. Sedangkan aku di sini sendiri. Aku sangat sedih”.

Renungan Singkat tentang Duka-derita

1.             Pernahkah kamu berduka sampai menangis?
2.            Siapakah yang menghiburmu saat kamu bersedih?
3.            Bagaimana perasaanmu jika kamu jadi anak yang ditemui Nabi Muhammad saw seperti dalam kisah di atas?
4.            Menurutmu, bagaimana cara kita menolong anak yang berduka itu?

Mendengar cerita anak kecil itu Nabi Muhammad saw sangat terharu. Beliau lalu menggenggam tangan anak tersebut seraya bertanya, “Wahai anak kecil, sukakah kamu kalau aku, Muhammad, menjadi ayahmu. ‘Aisyah sebagai ibumu, Fathimah sebagai saudaramu, Ali sebagai pamanmu, dan Hasan Husain sebagai saudara-saudaramu?”
O, betapa terkejutnya anak itu tatkala tahu orang mengajaknya bicara adalah Rasulullah saw. Ia menjawab lantang, “Bagaimana aku tak suka, ya Rasulullah … !“
Segera Rasulullah membawa anak tersebut pulang. Beliau mengganti pakaiannya, memberinya makan-minum secukupnya. Lalu sang anak keluar dari rumah Rasulullah dengan ceria menjumpai teman-temannya. Tentu saja teman-temannya tyerkejut melihat perubahan tersebut.
“Hei, tadi kau menangis sedih. Kini kau tertawa-tawa. Apa yang menyebabkan kegembiraanmu?”
Sang anak menjawab, “ Tadi aku kelaparan, kini aku sudah kenyang. Tadi aku berpakaian kumal, kini aku sudah rapi. Sebelum ini aku yatim, kini Rasulullah saw menjadi ayahku, ‘Aisyah ibuku. Fathimah saudaraku, Ali pamanku, Hasa Husain saudara-saudaraku.”
Mendengar jawaban anak itu, teman-temannya berkata, “Aduhai alangkah senangnya seandainya ayah kamui pun gugur dalam peperangan!”
Demikianlah sang anak yatim tadi tetap dipelihara Nabi Muhammad saw hingga beliau wafat.

Renungan tentang Allah, Nabi dan Kamu

1.             Tahukah kamu bahwa Nabi Muhammad saw bersifat welas asih karena meniru sifat Allah Yang Maha Pengasih? Allahlah yang memberi kita kehidupan dan menjaga kelangsungan hidup kita.
2.            Tahukah kamu bahwa kadang-kadang orang  yang bermaksud baik pun dapat disalah mengerti? Seorang ayah yang akan mencabut duri dari kaki anaknya tentu saja bermaksud baik. Menurutmu, apakah sang ayah tersebut tetap akan mencabut walaupun anaknya tidak setuju?
3.            Menurutmu, apakah pemberian Nabi yang terbaik bagi kita? Bagaimana kita berterimakasih kepda Nabi kita?

Bacaan

Al-Qur’an  surat 2: 177, 218, 254 ; 3: 92

Nukilan Al-Qur’an

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat, dan ia  banyak menyebut Allah.”
QS Al-Ahzab, 33: 21

Doa

 Ya Allah, berilah salam dan shalawat kepada junjungan kami  Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat  beliau. Amiiin.

+++++++

Selasa, 26 Juli 2011

Orang yang Murah Hati


oleh: Abu Ahmad

Seorang laki-laki membawa dua buah kantong berisi uang. Ketika sholat di masjid, orang itu meletakkan kedua kantong di samping tubuhnya. Karena kelelahan dan mengantuk, ia tertidur setelah selesai sholat. Saat bangun tidur ia terkejut bukan main, kantong uangnya lenyap dari sisi tubuhnya.
Kemudian ia memandang ke sekeliling ruangan. Orang itu melihat seorang laki-laki lain sedang berdiri mengerjakan sholat. Akhirnya iapun mendekati laki-laki itu. Selesai sholat laki-laki itu bertanya kepadanya,” Ada apa, Tuan?”
“Begini, Tuan. Tadi saya tertidur di sebelah sana. Saya meletakkan kantong uang di samping tubuh saya. Namun, ketika saya terbangun kantong uang saya telah lenyap diambil orang. Dan saya perhatikan, di ruangan ini tidak ada orang lain kecuali saya dan Tuan … “

Renungan Singkat tentang Kehilangan

  1. Pernahkah kamu kehilangan uang atau barang? Bagaimana perasaanmu?
  2. Menurutmu, bagaimana sifat orang yang kehilangan uang di masjid itu?
  3. Bagaimana sikap orang yang kehilangan uang terhadap satu-satunya orang yang ditemuinya di masjid itu? Apakah ia sekadar bertanya, mengadu atau menuduh orang itu telah mengambil kantong uangnya?

Orang yang dilapori tadi bertanya, “Berapa jumlah uang di kantong yang hilang itu?”
“Seribu dinar,” jawab orang yang kehilangan.
“Baiklah, tunggu sebentar di sini”. Orang yang dilapori itu pulang ke rumahnya sebentar dan kembali lagi dengan membawa kantong berisi uang seribu dinar. Lalu uang itu ia serahkan kepada orang yang kehilangan.
Setelah menerima uang seribu dinar, orang itu bergegas ke tempat teman-temannya biasa berkumpul.
       Baru saja ia akan bercerita soal kehilangan uang, temannya sudah berseru,” Hei …. Kau membawa kantong uang lagi ! Sesungguhnya kantong uangmu ada pada kami. Kami hanya ingin bercanda saja. Ini kantong uangmu. Silakan ambil.”  Teman-temannya tersenyum, mungkin geli melihat canda mereka berhasil.
Orang itu lalu bertanya kepada teman-temannya, siapakah sebenarnya orang yang telah memberikan uang kepadanya. Setelah diberi tahu ciri-cirinya, temannya ada yang menjawab, ” O … beliau adalah Imam Ja’far Al-Shiddiq”.
Setelah mengetahui hal itu, orang yang tadi kehilangan uang segera menjumpai Imam Ja’far untuk mengembalikan uang beliau. Namun Imam Ja’far menolak pengembalian itu!
“Sesungguhnya bila kami telah menyerahkan suatu pemberian, maka kami tidak akan menariknya kembali”.
O, indah sekali sifat murah hati!

Renungan tentang Allah dan Kamu

  1. Tahukah kamu siapa Imam Ja’far Al-Shiddiq? Jika kamu belum tahu, bersediakah kamu mendengarkan Ayah atau Ibumu menceritakan siapa Imam Ja’far itu?
  2. Tahukah kamu bahwa Imam Ja’far bermurah hati karena meniru sifat Allah yang Maha Pemurah? Dapatkah kamu menunjukkan ayat yang menyatakan bahwa Allah Maha Pemurah?
  3. Maukah kamu bersyukur atas segala karunia Allah yang telah dilimpahkan kepadamu? Serukanlah: “Alhamdulillah ya Rahmaan ya Rahiim … Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih …. Maha Penyayang …. “

Bacaan
Al-Qur’an surat Al-Baqarah, 2: 261 – 264

Nukilan Al-Qur’an
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, Pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji, dan Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sungguh Allah Mahaluas karunianya, lagi Maha Mengetahui”.
QS Al-Baqarah, 2: 261

Doa
“Ya Allah yang Maha Pemurah, kami mohon limpahkanlah karunia-Mu. Jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang murah hati, tidak kikir terhadap sesama. Amiin.,,”

+++++

Dalam Gendongan Mama


oleh: Abu Ahmad

Latifah suka sekali berjalan-jalan. Apalagi kalau melihat pemandanagn yang indah, hijau, asri. Latifah juga suka melihat burung dan kupu-kupu beterbangan di antara tanaman. Namun, hewan yang paling diminati Latifah untuk dilihat adalah ayam, kucing dan kambing. Bukan main senangnya Latifah kalau melihat kucing, ayam dan kambing. Rasanya ia ingin memegang semua hewan itu.
 Hari Ahad kemarin Latifah berjalan-jalan bersama ayah-ibunya. Mereka melihat pemandangan dan menikmati udara segar di sebuah taman dekat rumah. Awalnya Latifah sangat senang berjalan dan berlarian. Ia ingin bercanda dengan hewan-hewan yang ada di sana. Lama-lama ia merasa letih juga. Dengan manja Latifah merajuk kepada ibunya, “ Ibu …. , gendong …!”

Renungan Singkat tentang Pengayoman

  1. Mengapa Latifah begitu lelah? Pernahkah kamu merasa lelah pada saat bermain atau berjalan-jalan? Apakah yang kamu lakukan jika merasa lelah?
  2. Apakah yang diinginkan Latifah supaya dilakukan ibunya? Menurutmu, apakah yang akan dilakukan Ibu Latifah?
  3. Apa yang akan kamu katakan kepada Ibu Latifah?

Ibu Latifah tersenyum dan dengan penuh kasih sayang diraihnya Latifah. Ayah Latifah juga tersenyum. Mereka bersiap pulang setelah puas bermain di taman. Dalam gendongan ibunya, Latifah merasa nyaman dan aman. Dia tersenyum lucu.

Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu

  1. Bagaimanakah perasaan Latifah sekarang? Apakah kamu merasa nyaman bila saat lelah kamu digendong Ibu atau Ayah?
  2. Seringkali manusia dilanda kesulitan. Jika Allah menolong melepaskan kesulitan seorang manusia, maka sudah selayaknya ia berterima kasih. Nah, bersediakah kamu berterima kasih atas pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu?
  3. Bantuan dan pertolongan Allah itu mungkin lewat manusia di sekeliling kita: ayah, ibu, teman-teman, saudara, guru dan seterusnya. Sudahkah kamu berterima kasih kepada mereka?

Bacaan

Al-Qur’an surat Al-Baqarah , 2 : 255 – 257

Nukilan Al-Qur’an

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka berlaku lurus (dalam amalannya),niscaya turunlah malaikat kepada mereka (dan berseru): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah berduka cita, dan bergembiralah kamu dengan syurga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah wali-wali kamu pada kehidupan di dunia dan di akhirat, dan untukmu di sana apa-apa yang diingini olehmu dan untukmu di sana apa-apa yang kamu minta, sebagai rizqimu dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih ….!”
QS Haamiim Sajdah, 41: 30 – 32

Doa

“Segala puji bagi-Mu ya Allah yang telah mengayomi (memelihara dan melindungi) kami. Terima kasih atas malaikat yang Engkau kirim, Yang senantiasa mendukung kami menapaki jalan-Mu yang lurus. Amiin …!”

+++++

Sayangkah Ibu Kepadaku ?


oleh: Abu Ahmad
“Hu … hu … hu… Ibu tidak sayang lagi kepadaku …..” Hana menangis tersedu-sedu. Hana merasa kesal karena digoda bibi Salma. Saat itu ia sedang asyik bermain sendiri. Karena kesalnya digoda bibi Salma, Hana menghamburkan dan membanting beberapa mainan. Lebih dari itu Hana berkata kasar kepada bibi Salma. Akhirnya Hana kena marah ibunya, Bu Maryam.
       Mendengar ucapan Hana yang merasa tak disayang karena dimarahi, Bu Maryam terdiam beberapa saat. Lalu beliau mendekati Hana, memeluknya dan berkata lembut, “Ibu memarahimu karena sangat sayang kepadamu”. Menurutmu, siapakah yang benar, Bu Maryam atau Hana?

Renungan Singkat tentang Kasih Sayang

  1. Mengapa Hana mengatakan dirinya tak lagi disayang oleh ibunya? Pernahkah kamu merasakan hal yang sama ketika kamu dimarahi (atau dinasihati) orang tuamu?
  2. Menurut kamu bagaimanakah akibatnya jika orang tua tidak pernah mendisiplin, menasihati atau memarahi anak-anaknya?
  3. Bagaimanakah anak-anak dapat belajar atau mengetahui apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan mereka?

“Hana sayang …… Menurutmu apakah boleh kita membanting, menghamburkan dan merusak barang milik kita sendiri?” Bu Maryam bertanya kepada Hana denngan hati-hati. Hana terdiam, tidak langsung menjawab. Dia melihat ke lantai. Di sana terlihat mainannya berantakan. Beberapa mainan malah rusak karena dibanting. Dia tahu mainan-mainan itu harus dikumpulkan dan dirapikan kembali. Siapa yang harus merapikan mainan yang berantakan itu?
Tiba-tiba Ibu memutus lamunan Hana.
“Hana, jika kau jadi seorang bibi, apakah akan kau biarkan keponakanmu berkata kasar kepadamu?”
       Hana terdiam mendengar pertanyaan ibunya. Sungguh, biasanya dia bermain gembira bersama Bibi Salma.Ah, dia tahu. Berkata kasar adalah sebuah kesalahan. Dan menghamburkan mainan asalah kesalahan yang lain  lagi.
Hana menghampiri Ibu. Lalu dengan mantap dipeluknya pinggang Ibu sambil berkata, “Maafkan Hana, Bu”.
Wajah Bu Maryam berseri melihat tindakan Hana. Lalu putri cantik itu dicium dan dipeluknya lebih erat.
“Ibu memaafkanmu sayang. Mintalah maaf kepada Bibimu!”
Tanpa membuang waktu, Hana menghadap Bi Salma.
“Maafkan Hana, Bi”. Wajah Bi Salma berseri. “Ah, Bibi memaafkanmu, Hana. Bibi juga minta maaf lho, menggodamu sampai kau marah. Yok, kita rapikan kembali mainanmu ….”
Akhirnya Hana, Bi Salma dan Bu Maryam merapikan mainan Hana bersama-sama. Ketiganya berwajah cerah ceria.

Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu

  1. Bagaimanakah wajah Bu Maryam dan Bi Salma ketika melihat Hana meminta maaf? Mengapa?
  2. Menurutmu, apakah Allah juga senang jika kita menyesali perbuataan-perbuatan salah yang kita lakukan? Mengapa?
  3. Apakah Allah menyukai perbuatan benar yang kita lakukan? Apakah Allah berduka jika kita melakukan perbuatan salah?
  4. Bagaimana cara kita mengetahui perbuatan yang benar dan yang salah?

Bacaan

Al-Qur’an surat 31: 19; 17: 23 – 25.

Nukilan Al-Qur’an

“Tuhanmu memerintahkan, supaya janganlah kamu sembah kecuali Dia dan berbuat baiklah kepada Ibu-Bapakmu .. . . dan janganlah pula engkau menghardik/membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia (lemah-lembut).”
QS 17: 23

Doa

“Ya Allah, ya Tuhan kami ….. Kasihanilah kedua orang tuaku, sebagaimana keduanya  telah mengasuhku ketika aku masih kecil … Ampunilah kesalahan mereka, ya Allah. Amiin.”

Senin, 25 Juli 2011

Jejak-jejak yang Kita Ikuti


oleh : Abu Ahmad

Wow, asyik sekali lari pagi. Lihatlah Ali dan ayahnya sangat menikmati olah raga yang satu ini. Sehat, mudah, murah.
Ali berlari dengan irama teratur. Hap tu hap tu hap tu. Kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, kanan. Ah, tiba-tiba Ali melihat jejak sepatu di depannya. Ali pun berseru kepada ayahnya.
“Ayah, ada jejak sepatu! Ayo kita ikuti!”
“Boleh, siapa takut?”
Mereka berdua mengikuti jejak sepatu yang cukup besar itu. Rupanya langkah orang yang diikuti itu pun lumayan panjang. Suatu ketika jejak itu terputus oleh selokan yang cukup lebar. Selokan itu menyerupai sungai kecil. Di seberang selokan terlihat lagi jejak sepatu yang sedang diikuti Ali dan ayahnya.

Renungan Singkat tentang Mengikuti

  1. Menurutmu, bagaimana cara pemilik jejak itu menyebrangi selokan besar?
  2. Apakah Ali dan ayahnya akan mengikuti jejak sepatu itu? Mengapa?
  3. Orang macam apakah yang ingin kamu ikuti jejaknya? Mengapa?
  4. Orang yang bagaimanakah yang kamu tidak ingin ikuti sama sekali? Mengapa?

“Wah, Ali, tampaknya orang itu melompati selokan besar ini. Kalau kamu melompat, tampaknya tidak akan sampai ke seberang. Kalau ayah melompat sendiri, ayah dapat mendarat di seberang dengan baik. Namun, jika harus menggendongmu, Ayah khawatir kita akan terjatuh ke dalam selokan bersama-sama.”
“Kalau begitu kita tak usah melompati selokan ini, Ayah. Kita memutar saja, menyebrangi selokan lewat jembatan.”
“Ha .. ha…  ha … kau sungguh bijak, Ali. Banyak orang bertindak tidak bijak. Mereka mau saja mengikuti jejak seseorang ke tempat-tempat yang seharusnya tidak boleh mereka kunjungi.”
“Ustadzah di madrasah Ali pernah menerangkan masalah ini, Ayah. Beliau menyatakan bahwa sebagai seorang muslim kami harus bertingkah laku sebaik mungkin sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang lain. Dan teladan terbaik bagi kita adalah Nabi kita, Nabi Muhammad saw.”

Renungan Singkat tentang Allah, Nabi dan Kamu

  1. Apakah Nabi Muhammad saw telah memberikan teladan yang baik kepadamu? Pernahkah engkau membaca riwayat hidup beliau semasa kanak-kanak?
  2. Pernahkah Rasulullah Muhammad berbuat salah? Apa yang harus dilakukan jika seorang manusia berbuat salah?
  3. Tahukah kamu bahwa Allah menginginkan seorang muslim dapat menjadi teladan bagi lingkungannya?
  4. Menurutmu, hal-hal apa sajakah yang boleh dilakukan seorang muslim? Perbuatan-perbuatan apa saja yang tidak boleh dilakukan seorang muslim?

Bacaan

Al-Qur’an surat 3: 31 – 32, 3: 132, 5: 92.

Nukilan Al-Qur’an

“Sesungguhnya Rasulullah adalah teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir, serta banyak mengingat Allah.”
QS Al-Ahzab, 33: 21.

Doa

“Ya Allah Yang Mahamulia, limpahkanlah salam dan shalawat kepada junjungan kamu, Rasulullah Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat beliau. Berilah petunjuk kepada kami agar kami dapat menjadi teladan yang baik bagi lingkungan kami. Amiin.”

Sesuatu yang Lebih Berharga Ketimbang Dunia

 
oleh Abu Ahmad

Yahya sangat kagum atas kekayaan yang dimiliki oleh keluarga kerajaan di sebuah negeri. Wah, alangkah banyak harta yang dimiliki mereka. Jelas mereka memiliki rumah yang bagus, perhiasan yang mahal, tanah yang luas dan masih banyak lagi kekayaan yang tak mudah didaftar secara rinci. Yang jelas, Sang Raja memberikan sebuah pesawat jet  kepada putra beliau sebagai hadiah ulang tahunnya. Subhanallah ….
“Yah, Ayah,” Yahya memanggil ayahnya untuk diajak bercakap-cakap. Ayah yang sedang membaca buku menjawab panggilan putranya.
“Ya, ada apa,Yahya?”
“Ini Yah. Yahya baca di koran, keluarga raja di negeri Antah Berantah ini sangat kaya. Apakah mereka hidup senang dan bahagia, Yah?”
“Wah, Ayah tak tahu, Yahya. Setahu Ayah, senang dan bahagia itu dapat dimiliki siapa saja, tidak mesti harus memiliki harta yang banyak dulu. Lagipula kekayaan dalam kitab suci kita disebut kesenangan dunia. Dan Allah menyediakan bagi hamba-hamba-Nya sesuatu yang lebih baik daripada kesenangan dunia itu.”

Renungan Singkat tentang Kekayaan

  1. Menurutmu apakah kekayaan itu selalu membawa kebahagiaan? Bagaimanakah keadaan seseorang yang banyak harta namun tidak punya keluarga? Atau orang kaya yang sakit parah sehingga hanya dapat berbaring saja di ranjang?
  2. Tahukah kamu contoh orang yang kaya raya namun sangat bertaqwa kepada Allah? Dapatkah kamu menyebutkan contoh orang kafir yang kaya raya?
  3. Inginkah kamu memiliki kekayaan  yang banyak? Apa yang akan kaulakukan seandainya engkau menjadi orang kaya?

“Apakah sesuatu yang lebih baik daripada harta kekayaan itu, Ayah?”
“Sesuatau yang lebih baik ketimbang dunia ini adalah kehidupan yang  kekal di syurga, teman-teman hidup yang suci. Dan yang paling utama adalah keridhaan Allah.”
“O, Ayah. Mungkinkah kita mendapatkan semua itu?’
‘Itu mungkin saja,Yahya. Asalkan kita termasuk hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.”
Yahya terdiam mendengar penjelasan ayah yang terakhir. Cuma dalam hati ia berjanji: aku ingin jadi hamba Allah yang bertaqwa!

Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu

  1. Apakah ciri-ciri hamba Allah yang bertaqwa (yang tercantum dalam surat Ali Imran, 3, ayat 16 dan 17) ?
  2. Inginkah kamu seperrti Yahya yang bercita-cita menjadi hamba Allah yang bertaqwa?
  3. Menurutmu apakah rajin belajar dan berbakti kepada orang tua termasuk sifat orang bertaqwa? Mengapa?

Bacaan

Al-Qur’an surat Ali Imran, 3: 14 – 17

Nukilan Al-Qur’an

“Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik daripada kesenangan hidup di dunia itu? Untuk orang-orang yang bertaqwa( keoada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada syuraga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan ada pula pasangan-pasangan yang disucikan, serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya’.” QS Ali Imran, 3: 15

Doa

“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah kami dari segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. Amiin…”
+++++